"Ka-karena gue udah janji sama mereka, kalo gue bakal melamar lo Ara. Makanya mereka ngizinin gue buat kembali lagi ke indonesia," ujar Arya dengan serius.
Ara menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Kenapa lo jadiin gue sebagai alasan?!" tanya Ara dengan raut wajah marah.
"So-sorry. Sebenarnya itu bukan hanya sekedar alasan. Tapi gue memang beneran suka sama lo Ra," ucap Arya dengan serius. Ia meraih tangan Ara dan menggenggamnya erat.
"Arya. Kita itu teman. Tapi kenapa lo harus seperti ini. Gue gak suka cowok yang katanya berjanji ingin ber sahabatan malah pada akhirnya menginginkan hal lain."
Arya menunduk. Ia memang salah telah melanggar apa yang ia pernah ucapkan. Tapi perasaan tak akan ada yang tahu kapan ia datang dan pergi.
"Maafin gue Ra. Gue pantas di benci," ujar Arya melepaskan genggamannya tangan pada Ara.
Sedangkan Ara, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pikirannya kacau dan semakin memperburuk moodnya. Apa yang ia takutkan kini terjadi juga. Bukan hanya Vero tapi Arya juga.
'Gue harus gimana?' batin Ara bertanya dengan pikirannya yang berat.
"Arya!"
Arya yang di panggil sontak mendongakkan kepalanya, lalu menoleh pada Ara yang duduk menyamping.
"Lo tau kan, persahabatan akan hancur saat salah satu diantara mereka memiliki perasaan lebih dari sekedar teman. Persahabatan yang telah di bangun dari kecil, kepercayaan antara satu sama lain, semuanya akan sia sia dan tak ada gunanya lagi. Lo tau itu kan, dan gue yakin lo udah cukup pintar untuk mengerti hal itu," ucap Ara tanpa menoleh pada Arya.
Kata kata dari Ara seketika membuat hati Arya sakit. Ia tak mengira jika Ara si gadis kecil yang dulunya manja dan berhati manis kini malah mengatakan kata kata yang seolah olah dirinyalah yang bersalah. Padahal Arya tak pernah meminta untuk menyukai Ara, perasaannya datang sendiri. Dan karena Ara jugalah hari hari Arya menjadi lebih berwarna meskipun mereka harus berjauhan.
Dan berkat Ara jugalah Arya bisa pulang ke Indonesia. Tanah kelahirannya, yang begitu ia rindukan.
Saat itu, tak sengaja Arya bermimpi lalu men gumam kan nama Ara di dalam mimpinya, dan secara tidak sengaja ibunya mendengar. Dan saat ia bangun, malah di interogasi oleh orang tuanya. Arya tidak bisa berbohong dan berkata jujur jika dirinya mencintai Ara.
Awalnya, Arya mengira mama atau papa nya akan marah padanya. Tapi hal lain justru terjadi, mereka bahkan sangat antusias dan senang jika Arya menyukai Ara. Dan berkat hal itu jugalah Arya bisa meminta pulang ke Indonesia dengan alasan agar bisa berdekatan dengan Ara.
Dan hal itu di setujui oleh mereka. Tapi dengan syarat, Arya harus segera melamar Ara dan ia di beri waktu selama 5 bulan. Dan jika selama 5 bulan itu Arya tak berhasil. Maka ia harus tetap sekolah hukum. Dan tak ada lagi alasan atau pun pilihan Arya untuk memilih sendiri cita citanya.
"Ara, gue tau gue salah. Tapi tolong bantu gue kali ini setidaknya lo mau bantu membujuk agar nyokap bokap gue gak terus memaksa agar ngikutin kemauan mereka," ujar Arya memohon. Ia sudah lelah hidup dalam peraturan mereka.
Ara terdiam, ia tak tega mendengar permohonan Arya. Tapi ia juga kesal atas pernyataan Arya padanya.
"Ara gue mohon. Lo bantuin gue," mohon Arya sambil berjongkok di hadapan Ara.
"Ra please. Gue tau lo itu orangnya pengertian, lo gak mungkin tega kan liat gue terpuruk kayak gini."
"Lalu gue harus gimana. Gue harus bantu lo dengan apa?!" ujar Ara dengan seperkian detik lalu hanya diam menyimak.
"Kita harus tunangan ag-"
"LO GILA!" Teriak Ara memotong ucapan Arya. Ia bahkan sampai berdiri dari tempatnya duduk.
"Kita itu masih SMA. Masih kelas sebelas, masih terlalu kecil untuk hal.hal seperti ini. Dan pacaran saja gue gak mau apa lagi sampai bertunangan. Kita masih terlalu kecil Arya. Dan lagian gue juga hanya menganggap lo sebagai teman dan gak lebih."
"Ra dengerin gue dulu. Kita itu cuma tunangan, setelah itu kita gak perlu nikah kalo lo gak mau. Ini cuma buat yakin in mereka agar biarin gue tinggal lagi di Indonesia dan lanjutin pendidikan gue disini," jelas Arya.
"Tadi gue udah bicara in sama nyokap lo. Beliau setuju. Tapi keputusan tetap pada lo. Lo mau kan Ra, tolongin gue untuk kali ini aja."
Ara bingung. Ia tak tega, tapi mengapa hal seperti ini terjadi padanya untuk yang kedua kalinya. Sahabat yang mengungkapkan perasaanya dan berakhir persahabatan itu hancur, sama seperti hubungan Vero dan Ara saat ini.
"Gue gak tahu harus ngomong apa sama lo. Tapi apa yang lo minta adalah hal terberat dalam hidup gue. Bukankah akan aneh jika teman teman gue tau masalah ini, dan malah menganggap gue beneran ingin nikah sama lo," ucap Ara mengungkap rasa khawatir yang membuatnya resah.
"Ara apa gue bukan teman lo lagi! Kenapa sikap lo sedari tadi berubah. Mereka gak akan tahu lagian pertunangannya akan di gelar secara tertutup. Jadi kamu gak perlu undang teman teman kamu, jadi mereka gak akan tahu."
"Sebegitu harusnya kah kita bertunangan?! Apa gak ada cara lain, solusi yang lebih masuk akal gitu."
"Gak ada Ra. Cuma itu cara satu satunya. "
"Tapi gak harus libatin gue 'kan?!" teriak Ara dengan marah. Hubungannya dengan Vero saja membuatnya pusing, kini malah di tambah dengan Arya. Apa yang harus Ara lakukan?
Jika menolong Arya hal itu tentu akan membuat Vero semakin marah dan berfikir jika ia menolaknya karena Ara lebih memilih Arya.
Mereka berdua adalah sahabat kecilnya, sahabat yang selalu menjaga dan menemaninya. Dan kini, mereka berdua sama sama memiliki perasaan lebih pada Ara.
"Cuma lo satu satunya Ra. Cuma lo," ucap Arya mencoba membujuk Ara.
"Gue gak tahu harus gimana. Gue gak bisa jawab sekarang, gue mikirin ini!" ucap Ara lalu ia segera berlari ke kamarnya meninggalkan Arya dengan perasaan kecewa.
Tante Resty-ibunya Ara, yang sedari tadi bersembunyi kini melangkah menghampiri Arya yang terduduk dengan pandangan mengarah pada lantai.
Tangan wanita paruh baya itu terulur mengusap lembut rambut hitam Arya. Hal itu membuat Arya mendongakkan wajahnya, dan seketika itu juga air matanya jatuh.
"Arya kamu udah berusaha. Tapi keputusan tetap pada Ara. Maafin tante tak bisa berbuat banyak," ujar tante Resty.
"Ini semua salah Arya tan. Sekarang Arya udah buat Ara kecewa, Arya jahat tan. Udah buat Ara terlibat dalam masalah Arya," ujarnya dengan perasaan bersalah.
"Bukan kamu yang salah. Persahabatan antara laki laki dan perempuan biasanya memang menumbuhkan rasa cinta. Dan tante sangat berterimakasih pada kamu Arya, karena mau berteman dengan Ara sampai saat ini.
"Sayang sangat menyayangi Ara tan. Dan jika memang Ara bukan jodoh Arya, aku selalu menyayanginya dan menjadikan Ara sebagai adik yang harus selalu di lindungi," ucap Arya dengan tulus.
Hal itu, membuat Resty terharu.
"Makasih nak. Tante harap kamu mau berjuang mendapatkan hati Ara dan apa pun keputusannya nanti kamu akan tetap menerimanya dengan ikhlas."
"Iya tan. Arya janji. Makasih udah dukung Arya untuk memperjuangkan Ara tante."
"Sama sama. Tante harap kamu gak akan pernah mengecewakan anak tante."
"Pasti tante."