Chereads / Deva Memories / Chapter 12 - Sekelas

Chapter 12 - Sekelas

Seorang guru wanita memasuki kelas XI Mipa 1A. Di lihat dari wajahnya, guru itu seperti guru yang galak, namun siapa sangka jika dia adalah guru ter lembut dan penyayang di sekolah itu.

Wajahnya seperti seorang psychopath namun hatinya bagaikan hello kitty.

"Assalamualaikum wr wb."

"Waalaikum salam wr wb," jawab semua murid serentak menyambut kedatangan bu Mila, wali kelas sekaligus guru matematika di kelas XI Mipa 1A.

"Sebelum memulai pelajaran, saya ingin menyampaikan informasi kepada kalian," ucap Bu Mila, sambil memandang wajah murid muridnya yang tampak penasaran.

Termasuk di antaranya Ara, yang sedang berfokus pada bukunya. Ia sedang mengerjakan tugas yang hanya tinggal sedikit itu. Ara tak berbohong jika ia terburu buru ke kelas karena harus mengerjakan tugasnya yang belum sempat ia jawab.

"Jadi hari ini kita kedatangan murid baru-,"

Semua murid tampak antusias, mereka dengan mulai berisik saling menanyakan siapa murid baru itu.

Namun, tak ayal banyak yang beranggapan bahwa itu adalah cowok yang sempat mereka lihat datang bersama Ara.

"Ara," panggil Keisha yang duduk di sebelah Ara.

"Ya? Kenapa?" tanyanya.

"Apa yang di maksud dengan bu Mila itu adalah cowok yang nganter lo?" tanya Mila dengan wajah yang kentara sekali jika ia sangat penasaran dan penuh harap.

Belum sempat Ara menjawab, sudah keduluan dengan seorang siswi yang mengangkat tangannya dan bertanya pada bu Mila "Ibu, apa dia seorang murid laki laki?" tanya seorang siswi berkaca mata.

"Ya. Tepat sekali," jawab bu Mila membuat seluruh siswi heboh terkecuali Ara yang tampak menghela nafas.

"Ara apa itu benar?" tanya Keisha yang tak kunjung mendapat jawaban dari Ara.

Ara yang kebingungan hanya menjawab asal. "Ya, mungkin. Gue juga kurang tau."

"Ibu apa dia tampan?" tanya seorang siswi dengan pedenya.

Bu Mila terkekeh pelan sambil menjawab pertanyaan dari putri, cewek populer namun genit di sekolah itu. "Iya, dia tampan dan juga baik hati."

"Dia harus jadi milik gue," gumam Putri pelan.

"Ibu, cepetan panggil. Udah gak sabar pengen liat muka tampannya," ucap Putri yang mendapat teriakan teriakan dari siswa laki laki di kelas itu.

"Nak silahkan masuk," ucap bu Mila sambil menepi memberikan ruang untuk siswa baru itu di depan kelas.

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah sepatu membuat semua perhatian kini tertuju pada siswa baru itu. Langkahnya yang berwibawa membuat siswi perempuan di kelas itu berteriak teriak tak jelas.

"Wahh anj*r ganteng bangeeeet," ucap Aliya sampai tak berkedip mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah yang kini sedang berdiri tepat di hadapannya.

"Dia jadi milik gue," ucap Putri menatap tajam Aliya. Namun bukannya takut, Aliya malah membalas menatap tajam pada bad girl di kelasnya itu.

"Kita taruhan secara sehat dan adil," tawar Aliya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Oke. Gue terima," ucap Putri tak ingin kalah.

"Nak silahkan perkenalkan dirimu."

"Halo semuanya... Perkenalkan nama saya Arya, untuk nama lengkap, kalian tidak perlu tau. Saya pindahan dari prancis, dan saya sekolah di sini karena seseorang," ucap Arya sambil tersenyum dan pandangan matanya tak pernah lepas dark Ara.

"Terimakasih nak Arya sudah memperkenalkan diri. Semoga ananda bisa betah sekolah di sini, dan saya harap kalian bisa memperlakukannya dengan baik."

"Siap ibu!" teriak siswi siswi.

"Apakah ada pertanyaan?"

"Saya bu," Putri dengan cepat mengangkat tangannya.

"Apa lo- eh sorry maksud gue apa kamu udah punya pacar?" tanya Putri dengan wajah yang di ikut imut kan.

"Itu rahasia," jawab Arya singkat.

"Hahah. Makanya kalo bertanya itu di kondisikan," bisik Aliya pada Putri.

"Yang pasti, aku sekolah disini karena seseorang. Dan kembali ke Indonesia karena dia juga. Dan ku rasa itu sudah cukup jelas. Terimah kasih."

"Baiklah nak Arya silahkan duduk di bangku yang kosong," ucap bu Mila menunjuk bangku kosong di samping Putri.

Bangku Putri berada di barisan depan namun kosong atau dia hanya sendiri. Di karenakan Putri tak suka dengan teman sebangku yang katanya membosankan.

Aliya yang tak terima langsung mengangkat tangannya.

"Maaf ibu. Tapi alangkah baiknya jika dia duduk di dekat saya. Mungkin akan lebih nyaman karena Putri juga tak suka dengan teman sebangku," protes Aliya menyampaikan pendapatnya.

"Tapi kamu sudah duduk bersama Amira, Aliya," ucap Bu Mila menunjuk ke Amira si cewek kutu buku.

"Amira bisa pindah di dekat Putri kok bu."

"Gak bu. Saya gak masalah jika murid baru itu sebangku dengan saya. Lagian Aliya yang ngomong kayak gitu hanya ingin cari perhatian. Dan saya akan dengan senang hati menerima Arya duduk di dekat saya," ucap Putri sambil tersenyum mengejek.

"Gak bu. Di-"

"Udah cukup!" ucap Bu Mila menghentikan perdebatan Aliya dan Putri.

"Nak Arya. Ananda ingin duduk di mana? Putri atau Aliya," ucap Bu Mila menanyakan langsung pada yang bersangkutan.

"Saya ingin duduk bersama dengan Ara!" jawaban dari Arya membuat Aliya maupun Putri melunturkan senyumnya. Kesal karena tak terpilih.

"Baiklah untuk nak Ara dan nak Keisha. Apakah boleh nak Arya duduk bersama dengan nak Ara?" tanya bu Mila dengan lembut pada murid kesayangannya.

Ara yang di tanya tak mampu menjawab. Ia kini menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju padanya.

"Maaf bu. Tapi saya sudah nyaman duduk dengan Keisha. Dan saya sangat sulit berinteraksi dengan murid baru apa lagi itu lawan jenis," jawab Ara tak ingin menjadi mangsa dari Aliya dan Putri yang sudah menaruh hati pada Arya.

"Baiklah. Akan lebih adil jika nak Arya duduk di dekat nak Dimas. Dan ini sudah mutlak jangan lagi ada protes," ujar Bu Mila sambil menunjuk bangku Dimas yang kebetulan berdekatan dengan bangku Ara dan Keisha.

Arya pasrah. Ia sudah tahu jika akan tertolak. "Baik. Terimakasih," ucap Arya sopan sambil berjalan ke bangku yang di tunjuk oleh bu Mila.

"Tak masalah gak sebangku yang penting kita sekelas," batin Arya senang.

"Baiklah anak anak, kita lanjutkan pelajaran minggu lalu," ucap bu Mila memulai pelajaran.

Di lain tempat, tepatnya di kantin, Sarah sedang makan dan di datangi oleh Vero. Vero dengan tak santainya mengambil tempat duduk di samping gadis itu.

"Lo ngapain kesini?" ujar Sarah dengan tajam.

"Gue mau ngomong sama lo, serius."

"Yaudah Tinggal ngomong aja," ucap Sarah dengan datar.

"Apa lo tau cowok yang nganter Ara tadi pagi?" tanya Vero to the point.

"Cowok? Cowok yang mana?" tanya balik Sarah yang tak mengerti apa apa.

"Cowok tadi pagi yang nganter Ara ke sekolah," ucap Vero.

"Ohh dia. Tentu dong gue kenal."

"Cepat kasih tau gue dia siapa."

"Dia itu-"