Kuhampiri Alexa yang masih terdiam dalam keadaan menunduk di sebuah sofa rumahku. Masih tegang, sehingga ada niatan untuk mencairkan suasana. menggoda nya atau bercanda dengan nya. Itu berguna untuk membuat Alexa tidak mempunyai perasaan malu dan lebih percaya diri lagi.
"Katanya seorang pemberani, mampu menghadapi beberapa preman jalanan. tetapi bicara sama Papah saja kok ga bisa. Cemen." Sindir ku sembari membuat kaki ku bertumpu dengan yang lainnya.
"Kenapa ya Nes, lidah saya ini sangat berat ketika ingin berucap? Padahal hanya sedikit yang harus saya katakan. Cuman, 'pah saya mau melamar putrimu' hanya segitu kok." Ucap Alexa bicara jujur padaku.