Tanganku tiba-tiba saja mengepal kuat, dan tak kusadari kalau ternyata tanganku sudah ku kepalkan ini menggedor keras pintu kamar Mamah mertuaku.
Duk … duk … duk ….
"Siapa? Kenapa pintunya digedor kayak gitu? Yang sopan dong kalau mau menemui saya. saya adalah nyonya di rumah ini sekaligus orang yang punya rumah ini. Jadi kalian harus bersikap sopan pada saya! Termasuk mengetuk pintu itu jangan sampai di gedor-gedor kayak gini!" Desis Mamah Raida terdengar mendekat ke pintu sambil mengomel.
Dia marah karena aku bukan lagi mengetuk pintunya melainkan aku menggedor-gedor keras seakan seorang rentenir, yang sedang ingin meminta uang bayaran pada mereka yang punya hutang padanya.
Tidak berhenti meskipun memarahida terdengar mengomel dan marah aku tetap membuat gedoran di pintu ini malah semakin keras.
Aku sengaja melakukannya karena aku ingin memancing kemarahan mamah mertuaku, sehingga tercetus dari mulutnya sendiri tentang rencananya itu di depanku.