Ku coba menatap wajahnya, berusaha untuk menjawab tentang apa yang aku ketahui tentang Putri kandungnya.
"Iya, ma-mah! Ara yang putri kandungmu, bukan Reina." Sahutku dengan terbata-bata, karena aku masih ragu kala memanggilnya dengan sebutan 'Mamah'. Aku masih takut mengatakan kata itu, karena aku merasa bahwa bu Raida hanya sedang bermimpi saja. Aku merasa bahwa bu Raida hanya sedang bercanda dan tidak serius seperti apa yang aku dengar saat ini.
"Kenapa seperti ragu-ragu ketika menyebut saya mamah, tidak seperti saat memanggil Papah? Mentang-mentang saya suka jahat dan suka nyakitin kamu, kamu jadi seperti ini. Kamu mau seperti Ara, yang balik membenci saya?" Ucap Bu Raida yang tiba-tiba saja dia menjadi murung ketika menyebutkan nama Ara yang dia tahu bahwa Ara tidak menyukai nya karena perbuatannya selama ini.