Sesaat tubuhku bergetar, menahan kemarahan yang sepertinya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bu Raida, wanita yang katanya telah melahirkan dan bertaruh nyawa untuk Ara nyatanya tidak seperti yang diharapkan.
Ikatan batin yang seharusnya terjalin dengan baik antara anak dengan kedua orang tuanya, apalagi dengan seorang ibu tidak terjadi di antara mereka. Bu Raida tidak pernah merasa sedikitpun bahwa Ara adalah putri kandungnya.
Dia malah menolak Ara untuk menjadi anak kandungnya meskipun sudah mengetahuinya. Apa itu yang dinamakan sebagai seorang ibu?
Sangat marah aku rasakan, ketika mendengar ucapan Bu Raida. Tanganku mengepal kuat, dan untuk saat ini aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan membuat perempuan itu merasakan akibat dari ucapannya tersebut.
Bermaksud untuk membuat kaki ini melangkah masuk, tapi tiba-tiba saja sebuah tangan menahanku dan langsung menarikku untuk menjauh dari tempat tersebut.
