Ara tersenyum manis kala mendengar pernyataanku, dia balik merangkul tubuhku dengan begitu eratnya. Aku sangat lega dan bahagia setelah bisa ungkapkan semua unek-unek yang selama ini mengganggu pikiranku.
Selama ini aku selalu memaksakan apa yang menjadi kehendak ku sendiri tanpa berpikir apa yang diinginkan gadis ini. Aku selalu meminta Ara untuk menjadi seperti yang aku mau, tidak peduli dia suka ataupun tidak yang penting aku menginginkannya.
Bagiku Ara adalah penggantiku, dia yang akan meneruskan semua yang menjadi cita-cita Aneska tanpa pikirkan apa yang diinginkan dirinya. Aku hanya memikirkan tentang ego ku, aku benar-benar kakak yang terburuk di dunia ini.
Sekarang aku sadar bahwa hidup seseorang tidak mungkin bisa disamakan dengan hidup kita, bahkan itu adalah keluarga juga darah daging sendiri. Ara akan dengan masa depan juga kehidupannya sendiri, sedangkan aku juga dengan kehidupan ku sendiri tidak akan dipaksakan harus sama meskipun kita inginkan itu semua.