Mereka berempat masih duduk mencangkung di reruntuhan paviliun. Yoseong dan Hwanung bercakap-cakap tentang dalang penculikan Hee Young. Saat itulah, sengatan tajam menembus hati Haes-sal. Dia berdiri cepat.
"Sial!" Haes-sal mengumpat keras. Koneksinya dengan gaenari sangat terasa. Malaikat itu bisa merasakan ketakutan Hee Young.
"Ada apa?"
"Tak ada waktu menjelaskan dalangnya, Yang Mulia. Teruskan saja mengobrol dengan kakakku."
Haes-sal mengepakkan sayap. Hembusan angin kencang membuat tiga makhluk di depannya menyipitkan mata. Saat suasana kembali tenang, Hwanung bertanya heran.
"Ke mana Haes-sal pergi?"
"Menjemput istrinya tentu saja." Sang ayah ikut bangkit. "Yang Mulia, Anda pasti lelah. Istri hamba baru memanen buah prem. Mau mencoba kudapan dari kebun Prunos?"