Haes-sal tak tenang.
Dia mondar-mandir di tendanya yang luas. Malaikat itu tidak bisa memejamkan mata sama sekali, padahal fisiknya sudah sangat letih akibat berlatih seharian penuh.
"Kenapa aku masih belum bisa merasakan Hee Young?"
Haes-sal menghentikan langkah. Kepalanya mendongak. Bagian atap tenda terbuka hanya dengan satu jentikan jari malaikat itu.
Langit malam tanpa bintang selaras dengan kemurungan hati Haes-sal. Ingin sekali dia terbang secepat mungkin menuju kepada istrinya. Namun, kondisi sayap malaikat tidak seprima beberapa bulan sebelumnya.
Haes-sal masih cacat. Namun, dia sedikit lebih beruntung dibanding kakaknya yang harus merelakan sayapnya patah. Setidaknya pekerjaan Haes-sal sebagai pemburu Nakai tidak terlalu terganggu.
Namun, kini gangguan datang dari arah lain. Seharusnya gaenari miliknya terkoneksi dengan Hee Young di mana pun wanita itu berada.
"Jenderal?"
Haes-sal menoleh. Panggilan dari luar mengusik lamunannya.