Hwanung tersenyum lebar. Dia suka melihat jenderalnya kembali bersemangat. Setelah hari ini dia yakin akan mudah membuat Haes-sal kembali memimpin pasukan elite Imoogi.
"Seharusnya begitu," jawab Hwanung kalem. "Harus ada pemicu bagi jiwa yang mengalami reinkarnasi untuk mengingat siapa dirinya. Dan pemicu terbaik di antara kalian tentu saja cinta."
Dewa itu diam-diam menyetujui kegilaan istrinya akan kisah cinta yang epik dan romantis. Nyatanya memang cinta adalah hal yang kini memperbudak Haes-sal dan Hwanung berencana memanfaatkan hal itu untuk membujuk jenderalnya kembali bekerja.
"Tapi susah membuat Rena jatuh cinta." Kening Haes-sal berkerut. "Aku bisa membaca pikirannya, tetapi susah untuk mengetahui perasaannya."
Hwanung ikut mengerutkan dahi. "Aneh, bukankah hal itu justru lebih mudah? Yang dia rasakan pasti muncul di pikirannya, kan?"