"Dia sedang tidur. Kenapa malah membangunkannya?" tutur Mawar membutuaku hampir hilang akal. Berdebat dengan Mawar, akalku masih sehat mempertimbangkannya. Felakor sepertinya, kebanyakan sudah putus urat malunya. Jadi tidak penting.
"Menyingkirkanlah, mbak. Saya ingin membawa suami saya," ucapku sebisa mungkin mencoba ramah. Namun ternyata kesabaranku tak dianggap.
"Malam malam buat keributan. Semakin tak sopan menerobos seperti ini mbak El. Mas Kai memintaku agar membanya kesini. Jadi biarkan dia tidur. Besok pagi setelah bangun aku akan memintanya menemuimu."
"Mbak sih gak becus ngurus suami. Jika pria memilih mabuk-mabukkan di bar artinya dia sudah bosan. Sebaiknya mbak intropeksi diri," ucap Mawar membuatku naik pitan.
Mawar dengan tidak tahu malunya ingin mengusirku. Namun segera ku tepis lengan wanita itu dan kembali mendekati Mas Kai.
Tak mengubris Mawar, segera ku papah Mas Kai untuk bangun. Mas Kai yang mabuk hanya mengikuti saja.