Chereads / KAPAN KITA MENIKAH? / Chapter 4 - MENJADI BAWAHANKU

Chapter 4 - MENJADI BAWAHANKU

Cheryl tidak mempedulikan ocehan si pirang, dalam pikirannya hanyalah, lebih baik mati daripada hidup seorang diri sebagai bawahan vampire. Tak ada bedanya bagi pemudi berpiyama compang camping itu.

"Hey, aku sudah berbaik hati menyelamatkan hidupmu dan kau mengabaikanku begitu saja."

Cheryl membelalakan kedua matanya saat Tristhan sudah berada di hadapannya dengan gerakan secepat kilat. Padahal sedikit lagi dia akan meraih handle pintu. Berdiri dengan mata merah menyala dan juga tatapan yang begitu menusuk.

"Aku--tidak meminta bantuanmu," sahut Cheryl dengan suara serak, tenggorokannya sekarang sangatlah kering. Dia haus sekali dan ingin meminum sesuatu. Bukan air putih atau sejenisnya, tapi dia ingin sekali mengecap pekatnya darah vampire berkulit tan di depannya ini. Aromanya begitu manis dan nikmat, mungkin akan terasa segar jika cairan itu masuk ke kerongkongannya.

"Dasar tidak tau diuntung."

"Akhhh---" Cheryl menjerit kesakitan saat tubuhnya seperti disengat ribuan wolt listrik dari ujung kepala dan kaki. Membuatnya menggelepar hebat di lantai seperti cacing kepanasan. Dia meraung kencang mengeluarkan segala rasa sakit yang dirasakannya. Dan Tristhan nampak santai melihat penderitaannya.

"Itulah akibatnya jika kau membuatku kesal," ucap vampire darah murni itu dengan nada datarnya. Dia terlihat kesal karena Cheryl sama sekali tidak menghargai bantuannya. Gadis itu bersikap terlalu sombong hingga membuatnya naik darah.

Padahal ia sudah membebaskan gadis itu dari jerat borgol yang mengganggu, memberikan Cheryl kesempatan untuk hidup dengan menjadikannya Hybrida, dan sekarang inilah yang dia dapatkan, keangkuhan seorang Cheryl Lesham Rosaline. Menyebalkan, pikir si pirang.

"Nngghh---Arrrgghhh... Sakit... Sakiiitthh..." Cheryl mengangkat pandangannya, tubuhnya terasa sakit, seperti terbakar hingga membuatnya menggeliat kesakitan. Ia tahu, semua ini adalah ulah vampire pirang yang berdiri tak jauh darinya ini. Salah satu cara agar ia mau meminum darah vampire tersebut.

"Be— berhenti! Hentikan semua ini, brengsek!" pinta Cheryl dengan susah payah. Ia menatap pria di hadapannya sambil menahan ngilu di sekujur tubuhnya.

"Kalau kau ingin semua rasa sakit itu hilang, caranya hanya satu— kau harus meminum darahku!" timpal vampire tampan itu sambil menyeringai.

Tristhan menyingsingkan lengan kemejanya hingga ke siku sebelum menggores pergelangan tangannya dengan sebuah pisau yang dia temukan di dekat kakinya. Sontak saja aroma wangi darah sang vampire bangsawan memenuhi indra penciuman Cheryl.

"Minumlah! Maka kau akan merasa lebih baik."

Cheryl menggeram, dia ingin sekali menolak perintah makhluk aneh di depannya ini. Namun rasa sakit di sekujur tubuhnya membuatnya pasrah dan mengalah. Mungkin dia akan dapat melakukan sesuatu jika kondisi tubuhnya membaik. Jadi, meski sedikit enggan akhirnya Cheryl meberanikan diri untuk meraih lengan kekar si pirang, dan mulai membuka kedua bibirnya. Sepasang taring mungil menyembul di cela bibir adik kandung Matteo yang terbuka, dan itu membuat Tristhan puas entah karena apa.

Tapi bukan itu yang ia rasakan sekarang, melainkan rasa lega dan puas melihat Cheryl mulai menikmati darahnya dengan mata terpejam. Teguk demi teguk darah murninya mulai masuk ke tubuh Hybrida berwajah rupawan itu. Dan perlahan pula, rasa sakit yang Sasuke rasakan mulai lenyap.

"Bagimana? Kau suka rasa darah seorang vampire bangsawan?" tanya Tristhan pada si bungsu keluarga Meghantara yang terlihat lebih tenang, walaupun nafas si raven masih nampak terengah-engah dengan mata yang sayu, juga ekpresi wajah yang terlihat lelah.

Cheryl melepaskan pegangannya di tangan Tristhan, dan melihat secara langaung di mana luka bekas goresan pisau tadi tertutup dengan sempurna, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Iris hitam Cheryl kini sedikit lebih fokus daripada sebelumnya, walaupun pandangan gadis setengah vampire ini terlihat memburam.

"Aku— aku lelah sekali! Ughh--" Dan tak lama setelah ia menyelesaikan kalimatnya, tubuh ringkih Cheryl terhuyung ke depan dan jatuh menimpa badan kekar sang Vampire. Yah, Cheryl tak sadarkan diri saat itu juga.

"Ck, dasar merepotkan," gumam si blonde sambil menggaruk belakang kepalanya.

***

BHUUUU—

Entah sudah ke berapa kalinya Tristhan mendengus malam itu. Wajah tampannya terlihat jengah, bosan menunggu gadis manis itu bangun dari pingsannya.

Duduk di balkon kamar, sembari bermandikan cahaya bulan purnama. Merenungi kebodohannya menunggu salah satu perempuan dengan fisik lemah yang tengah terbaring nyaman di atas ranjangnya.

Padahal vampire tampan itu bisa pergi dari sana. Meninggalkan Cheryl begitu saja. Tapi anehnya ia tak melakukan itu. Dan tetap bertahan hanya karena iba dengan tangisan si gadis dalam tidurnya.

"Ayah— Ibu— Kak Theo! Kembalilah! Bawa aku bersama kalian! Jangan tinggalkan aku!"

Rintihan pilu Cheryl saat memanggil nama anggota keluarganya membuat vampire berdarah bangsawan itu meradang. Ia tak memiliki hati, namun anehnya pada gadis ini dia menjadi sangat peduli.

Pupil safirenya yang tengah mengamati indahnya langit malam di atas sana, terusik ketika mendengar suara tangisan seseorang. Dan tanpa berpikir pun, Tristhan tahu siapa si pemilik suara sendu tersebut.

"Tsk!" Lelaki berjubah hitam di belakang punggungnya itu memilih berdiri, dengan gerakan malas ia bergerak dari posisinya dan mendekati si empunya kamar. "Kalau tahu kau sangat merepotkan, mungkin aku tidak akan membiarkan kamu menjadi Hybrida."

Vampire berusia lebih dari satu abad itu merangkak naik ke atas ranjang, dengan perlahan agar tak menimbulkan gerakan yang mengejutkan Cheryl. Dengan seksama ia mengamati sosok sang gadis yang terlihat kembali terisak. Ekpresi wajahnya begitu ketakutan, dengan air mata yang mengalir dari dua kelopak yang terpejam.

"Jangan perkosa aku! Tolong jangan lakukan itu padaku! Lebih baik bunuh saja aku! Hiks! Bunuh sekarang juga!" rengek gadis cantik itu dalam tidurnya. Sepertinya sedang memimpikan para penjahat utusan Samuel Meghantara.

Wajah cantik itu, hidung mbangir itu, bibir pink itu, Tristhan bak terhipnotis akan keindahan ciptaan Tuhan di bawah kungkungannya ini. Begitu indah. Begitu mempesona. Belum lagi aroma wangi darah yang semerbak menguar dari tubuh gadis 17 tahun ini. Membuat vampire tampan tersebut merasakan desiran aneh yang tak bisa ia gambarkan sebelumnya.

"Jangan! Jangan lakukan ini! Berhenti— berhenti menyentuhku!" Wajah gadis itu terlihat sangat ketakutan, keningnya berkerut, dan keringat dingin mulai membasahi keningnya. "Menjauh dariku! Jangan dekati aku! Hiks— aku mohon jangan lakukan ini!"

Lagi-lagi Chery meracau dalam tidurnya, hingga membuat Tristhan menggeleng heran. "Dasar bocah!"

Tangan pemuda itu terangkat, kedua jarinya ia gunakan untuk mengetuk kening Cheryl. Dan secara ajaib, perempuan itu tak lagi menampilkan raut gelisah, tak lagi menggeliat cemas dalam tidurnya. Cheryl jauh lebih tenang. Dan tak lagi mengeluarkan kata-kata aneh dalam mimpinya.

"Kau harus tidur dengan nyenyak. Karena kau butuh banyak energi untuk menjadi Hybrida seorang Tristhan Legham Xavier," gumam vampire berambut blonde tersebut, di dekat cuping telinga Cheryl. Yang entah dapat di dengar oleh perempuan berpiyama biru ini, atau tidak.