Chereads / KAPAN KITA MENIKAH? / Chapter 6 - BERJUANG SENDIRI

Chapter 6 - BERJUANG SENDIRI

Hal yang mudah sebenarnya bagi Tristhan untuk membaca pikiran seorang manusia. Tapi yang harus diingat, perempuan di depannya ini bukanlah makhluk sejenis itu sekarang. Kini Cheryl resmi menjadi seorang Hybrida. Dan tentunya tidak ada satu vampire pun yang dapat membaca isi pikirannya.

"Mau apa kau?" tanya vampire tampan itu saat Cheryl menghampirinya.

Gadis itu menatap dalam ke arah sang Vampire, dengan tidak sopan ia menarik kerah baju yang dikenakan oleh Tristhan. Mendekatkan wajahnya hingga helaan nafas gadis itu terasa hangat di wajah sang vampire. Lalu—

"Bantu aku untuk menguburkan semua jasad keluargaku!" ucap Cheryl dengan nada yang monoton.

"Tsk!" Tristhan menepis kedua tangan Cheryl yang ada di bajunya, sembari berdecak kesal. "Mana sopan santunmu saat meminta bantuan orang lain?" Ia mendorong bahu perempuan 17 tahun itu hingga mundur beberapa langkah darinya. Ia pikir Cheryl ingin melakukan sesuatu tadi, namun yang ada perempuan itu malah memintanya untuk menguburkan jenazah anggota keluarganya. "Lagipula, yang bawahan itu kau! Jadi jangan seenaknya memerintahku! Dasar tidak tahu terima kasih."

Cheryl menatap lawan bicaranya dengan raut yang sukar diartikan. Dia tak tahu harus meminta bantuan siapa lagi jika bukan kepada Tristhan. Tapi sepertinya, terlalu mustahil untuk melakukan hal tersebut. "Aku tidak merasa menjadi bawahanmu! Lagipula, semua juga tahu kalau vampire derajatnya lebih rendah dari manusia biasa," balas gadis itu dengan nyali yang cukup besar.

Vampire pirang itu menarik sudut bibirnya. Merasa lucu dentan kata-kata yang Cheryl ucapkan. "Yah, kami memang makhluk rendahan. Tapi kau juga harus mulai menanamkan ini dalam otakmu—" Sosok tampan itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pelipis Cheryl, hingga membuat perempuan itu mendeath-glarenya akibat terlalu kesal. "Sekarang kau adalah bagian dari kami. Apalagi kau cuma seorang Hybrida, yang jika dilihat dari kasta kaum vampire, kaulah yang paling tidak berguna."

Cheryl tertohok. Bisa-bisanya ia melupakan fakta keji itu. "Dasar menyedihkan!" umpat Tristhan sebelum beranjak pergi dari hadapan sang Rosaline. Berjalan beberapa langkah dari hadapan perempuan itu sebelum menghilang dari pandangan Cheryl dalam sekejap mata.

Melihat kepergian pria vampire itu, dan hanya menyisakan sosok Cheryl sendirian. Beberapa kali gadis itu menghela nafas panjang. Bingung harus mulai dari mana. Namun pada akhirnya, gadis berkulit pucat itu pun mulai membawa jenazah ketiga anggota keluarganya ke halaman belakang.

Ia menggendong satu persatu jasad mereka di punggung. Meski kesusahan, atau terlalu berat, namun gadis cantik itu tampak tak menyerah. Dengan hati-hati ia memandikan jasad Ayah, Ibu, serta sang kakak. Membersihkan tubuh mereka dari debu, dan juga darah. Membasuhnya dengan telanten serta hati-hati.

/"Wah, anak ayah yang cantik ini sebentar lagi ulang tahun ya? Coba sini, beritahu Ayah kau mau kado apa?"/

Cheryl menggigit bibir bawahnya, batinnya berdenyut nyeri saat mengingat pertanyaan sang Ayah dua hari yang lalu. Ia ingat pria paruhbaya itu hendak memberikan kado yang spesial untuk ulang tahunnya. Namun nyatanya, sang Ayah tak pernah melakukan itu. Dan malah pergi untuk selamanya.

"Ayah— maafkan aku karena belum bisa menjadi putri yang berbakti. Yang hanya bisa menangis dan bersikap manja di depanmu." Cheryl mengancingkan satu persatu kemeja yang akan di kenakan sang Ayah. Memasangkan jas, dan juga sepatu kesayangan lelaki itu.

Dia mencoba untuk menguatkan hatinya, sebelum menatap jasad mendiang ibunya yang sudah sangat pucat. Ia menguapus liquid bening dari sudut matanya. Lalu mulai memandikan sang ibu. Batinnya merasa terkoyak ketika melihat banyaknya lubang di bagian dada sang Ibu. Bahkan teriakan wanita ini saja masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Maafkan aku, Bu. Harusnya aku memiliki banyak keberanian untuk menolongmu, dan bukannya diam berdiri dengan ketakutan seperti kemarin. Maafkan aku!" Perempuan yang sudah mengganti pakaiannya dengan dress sebatas lutut tersebut hanya bisa menatap sendu mayat ibunya. Merasa berdosa karena tidak melakukan apapun disaat terakhir orang tuanya.

Terakhir, dia membersihkan mayat kakaknya. Berbeda dengan sang ibu yang waktu diesekusi hanya bisa ia dengarkan suaranya. Tapi disaat terakhir sang Kakak, ia dapat melihat semuanya dengan jelas. Bahkan tawa sadis ketiga penjahat itu pun terpatri rapat dalam ingatannya. Ia benci dan marah terhadap dirinya sendiri. Karena hanya bisa menangis dan lagi-lagi tak bisa berbuat banyak.

"Maafkan aku kak, maafkan aku—" Tangan ramping Cheryl terulur pelan untuk mengusap pipi pucat kakaknya. "Aku berjanji, akan melakukan apapun demi membalaskan dendam kalian. Aku bersumpah tidak akan membiarkan Paman Samuel hidup dengan tenang setelah ini," janjinya pada Matteo.

Selesai memandikan mereka, Cheryl Lesham Rosaline mulai menggali lubang di halaman. Tidak hanya satu, tapi tiga sekaligus. Bahkan kegiatannya ini cukup memakan waktu, dan menguras energinya. Sebab hampir semuanya ia lakukan seorang diri tanpa bantuan siapapun.

"Kenapa kau harus repot-repot melakukan ini? Laporkan saja pada kepolisian, dan biarkan saja mereka mengurus semuanya?" Yang bicara barusan adalah Tristhan, sosok yang sedari tadi memperhatikan apa yang sedang dikerjakan oleh Cheryl dari lantai dua.

Gadis itu tidak perlu repot-repot untuk membalas perkataan Tristhan, ia lebih memilih untuk melanjutkan kegiatannya: menguburkan satu persatu anggota keluarganya. Menurutnya menanggapi ucapan vampir berambut pirang itu hanyalah membuang waktunya saja.

"Kau hanya tinggal duduk manis sambil menunggu para penjahat itu tertangkap," lanjutnya dengan nada meremehkan.

Cheryl tak menggubris. Baginya apa yang diucapkan vampire itu hanya membuat darahnya mendidih saja. Padahal tidak ada sedikitpun sumbangsi Tristhan dalam apa yang tengah dia lakukan.

Pria berpupil safir itu memutar kedua bola matanya. Sebelum terjun dari lantai dua dan mendarat tepat di hadapan sang Rosaline. Jengah terus menerus diabaikan oleh perempuan itu.

"Aku benci jika ada seseorang yang mengabaikanku!" ujarnya dengan nada mendesis, ia menatap tajam Cheryl dan mencengkram pergelangan tangan gadis 19 tahun itu.

"Lepas! Masih banyak yang harus aku lakukan!" balas Cheryl tak kalah dingin. Bahkan ia dengan begitu berani menatap sinis ke arah Tristhan yang jelas-jelas bukan lawan yang sepadan untuknya.

"Kau terlalu berani untuk ukuran vampire level D." Ia mencengkeram pergelangan tangan Cheryl dengan lebih kuat, yang jelas dapat mematahkan tulang gadis itu dengan mudah. Mencoba memperingatkan sang Rosaline tentang statusnya. "Harus kau ingat aku bisa menghabisimu dengan mudah." Bola mata pemuda itu berubah menjadi merah, bagai batu ruby yang indah.

"Kau harus ingat batasanmu, Hybrida sialan!"

Cheryl mengernyit kesakitan. Berusaha melepaskan cengkram pria itu, walaupun dia jelas kalah tenaga. Namun nyali perempuan cantik itu cukup luar biasa. "Lalu kenapa kau tidak membunuhku malam itu? Kenapa kau harus membiarkanku hidup?"