"Mau kemana sepagi ini?" tanya Zidane ketika melihatku telah berpakaian rapi.
"Ke kantor, kak" Aku menjawab singkat.
"Untuk apa? Lagian kantor baik-baik saja tak ada masalah. Kamu di rumah, biar kakak saja yang handle!" sahutnya lagi.
"Tentu saja aku harus bermain cantik untuk menghempaskan benalu sepertimu, kak!"
"Kan, ada Jesika sebagai sekretarisku Dia bisa menangani semuanya, Ranaya!" kilahnya ngotot.
"Kak, Jesika itu hanya kerja dan dia di bayar untuk itu! Apa salahnya aku sebagai istri dari pemilik kantor ingin ikut serta dalam membesarkan kantor kita?" ucapku, kali ini dengan intonasi tinggi karena berpura-pura baik di depan orang yang sudah ketahuan berkhianat itu tak mudah.
"Ranaya, Aku tak mau kamu kelelahan. Kamu itu istriku sudah selayaknya aku memperlakukanmu bagai ratu, diam di rumah saja! " elaknya terus beralasan.
'Hahaha, Ratu di rumah saja. Lalu di luar sana kamu menghabiskan uang serta waktumu untuk berzina. Astagfirullah!'