Bagaimana mungkin aku bisa menerima cinta Budi, bukan karena perbedaan antara bos dan bawahan . Atau terpaut jarak yang terbilang jauh.
"Akh.....!Aku benci kata-kata itu sangat membenci kata-kata itu" lirihku seiringan dengan suara pecahan vas bunga yang baru saja aku lempar.
Kata-kata Budi yang di ucapkannya beberapa detik yang lalu, membuatku teringat dengan beberapa tahun yang lalu. Ketika Zidane mengungkapkan hal yang sama ketika di mabuk asmara.
Sebisa mungkin aku tahan rasa pusing kepala dan memilih untuk pulang kerumah.
"Ya, Allah kepalaku pusing sekali" apa aku sanggup melangkahkan kaki walau jarak terbilang sangat dekat antara resto dan rumah. Tetapi dengan keadaan seperti ini terasa jauh untuk melangkah.
"Aku tetap harus pulang, jika tidak bisa-bisa aku pingsan di sini" ucapku sambil melangkahkan kaki ke rumah dengan perasan kaki yang sangat berat.