Kenanganku selama di kota Jerman harus relaku lupakan. Menurut mbak Mey ini keputusan terbodohku. Tapi menurutku ini adalah keputusan terbaikku.
"Ranaya, please jangan pergi" ujar Zidane memanggilku. Sambil memegangi pundak ku dari belakang. Dia terus menghalangiku untuk masuk ke dalam mobil yang telah aku pesan sebelumnya.
Aku menoleh dan langsung menepis tangan Zidane.
"Biarin saja dia pergi ,bang'' ucap Jesika dengan gaya kedua tangan mengecam pinggang dan menatap ke arahku dengan tatapan sinis.
"Kenapa aku tidak boleh pergi, hah. Aku sudah muak dengan semua ini" balasku
"Kakak belum siap pisah sama kamu. Kemarin yang kakak ucapkan semua hanya karena khelifan kakak, kakak hanya sekedar menggertakmu ranaya, kakak masih sangat mencintaimu. Kamu masuk saja lagi kedalam. Zidan menarik- narik tas koper yang ku jinjing. Soal Jesika nanti akan kakak suruh dia tinggal di apartemen saja. Tidak usah tinggal bersama kita di rumah ini" ucap Zidane padaku.