Kuambilkan juga, menu sarapan untuk istriku. Takutnya, jika tidak diambilkan, Bunga tidak akan berani mengambil sendiri. Kasihan, dia.
"Aksa, jangan kebiasaan melayani dia. Biar dia ambil sendiri. Tinggal menggerakkan tangan, mengambil apa yang ada di depannya. Masak iya, tidak bisa. Luna itu kalau di sini, selalu bangun pagi. Dia tidak mengandalkan Bi Siti. Meskipun ada pembantu, Luna itu tidak selalu minta dilayani. Bukan seperti perempuan yang ada di sebelahmu itu. Lagaknya mau dilayani kayak nyonya besar saja."
Makan pun terasa tidak enak, karena Mama terus saja mengawasi, sambil mengomel panjang lebar.
"Ma, apakah karena saya hanya anak orang miskin, maka Mama selalu bersikap semena-mena?"
Bunga justru menjawab ucapan Mama. Sepertinya Bunga sudah kehilangan kesabarannya.