Aku menjemput Raka di sekolahnya beberapa menit sebelum jam pulang. Kulihat Mbak Yuli bersungut-sungut kesal sembari memarkirkan motor maticnya. Aku pura-pura tak melihat saat dia sibuk ngobrol dengan Bu Indah dan Bu Sila di tempat parkir, sesekali melirik ke arahku. Entah apa yang mereka gunjingkan.
"Ada loh Bu-Ibu yang suaminya sakit tapi malah mau gugat cerai." Suara seseorang membuatku sedikit tersentak. Aku masih diam saja pura-pura tak mendengar. Biar si julid itu puas berteriak terlebih dahulu baru nanti kubalas dengan sindiran tajam. Setajam silet pokoknya!
"Masa sih, Jeng? Siapa memangnya tega banget suami lagi sakit malah urus gugatan," ucap Bu Indah sedikit keras sembari melirikku. Sindiran dan lirikan mereka jelas-jelas tertuju padaku. Aku tahu itu tapi masih pura-pura tak mendengar pun tak melihat.