Aku memang tak mendapati putraku di rumah lama. Tapi aku yakin Raka ada bersama Bang Zidane. Aku menelpon wali kelas Raka yang merupakan teman baikku di masa SMA dulu. Dari dirinya lah aku tahu, Raka masuk sekolah diantar oleh Papanya.
Aku tentu tidak menceritakan masalah rumah tanggaku. tidak mungkin aku menceritakannya, itu adalah aib keluargaku. Aku hanya mengatakan aku sedang di luar kota. Dan nomor ponsel Bang Zidane susah di hubungi. Banyak alasan yang aku sampaikan.
"Mbak ... ada yang mau ketemu sama Mbak," ucap Nini. Aku yang sedang duduk di taman belakang menoleh.
"Siapa, Ni?" tanyaku. Seorang wanita paruh baya keluar dari balik punggung Neneng. Aku terkejut sambil berdiri dari dudukku. Jantungku pun berdegup dengan kencang.
"Mama?" gumamku lirih. Ibu Bang Zidane yang tinggal di luar kota datang menghampiriku. Aku menyalaminya dengan sopan. Ia duduk di bangku yang ada di hadapanku. Aku meminta Nini untuk menyiapkan minuman dan cemilan untuk kami berdua.