Aku keluar dari gedung tinggi ini dengan hati yang dongkol. Ini adalah firma hukum ke-tiga yang sudah aku datangi. Bang Zidane ternyata tidak main-main mempersulit diriku. Sampai-sampai ia menyewa pengacara handal untuk memperebutkan hak asuh anakku.
Serta yang bikin hatiku bertambah sakit, ia juga membuat aku di blacklist dari semua firma hukum agar tak ada satu pun pengacara yang mau mengambil kasusku ini. Padahal aku memiliki cukup uang jika hanya untuk menyewa jasa mereka.
Aku hanya ingin mendapatkan hak asuh anakku, bukannya seorang koruptor yang membawa kabur uang ratusan milyar. Ya Allah segini repotnya mau cerai darinya saja.
Dret! Dret! Dret!
Cuaca yang panas membuat hatiku pun juga semakin panas. Kini ditambah lagi ponselku yang bergetar di dalam tasku. Aku lagi malas mengangkatnya.
