"Dian ... kenapa bengong gitu?" tanyaku setelah memarkirkan motor dan mengambil kresek berisi box martabak coklat yang terlepas dari jemari Diandra. Aku masih menatapnya beberapa saat, setelah itu dia seperti tersadar dari lamunan lalu mencium punggung tanganku seperti biasanya tiap kali aku pulang atau pun berangkat kerja.
"Kaget aku, Mas. Kirain siapa yang tiba-tiba nyahutin. Kamu kok pulang cepat, Mas. Ke-- kenapa tadi?" Diandra sedikit gugup saat menjawab ucapanku. Aku tersenyum tipis lalu mengusap keningnya yang basah oleh keringat.
"Kurang enak badan, Dek. Ayo masuk, kasihan Bila kepanasan gitu pasti ngantuk dia. Waktunya dia bobok, kan? Memangnya kalian darimana sih?" tanyaku pelan setelah mengan
"Eh ... anu, Mas. Kami dari antar paket, kebetulan ada yang pesan baju bayi daganganku, jadi sekalian antar paket," jawab Diandra sedikit gugup.