Pove Brama sepupu Ranaya di di kampung.
Tangannya kokoh memelukku dari belakang. Bulu-bulu halus di lengannya sangat k terasa saat bergesekan dengan kulit telanj*ngku. Embusan nafasnya sampai ke pipi, rasanya hangat. Berkali-kali, kepalaku diciumnya dengan lembut.
Saat ini rasanya lebih baik, walaupun masih was-was. Setidaknya, hari ini aku lolos dari cambukannya.
Kupikir saat Mas Brama melepas ikat pinggangnya, saat itu juga duniaku akan berakhir. Rupanya dia ingin meminta hak batin. Tentu saja tubuhku masih gemetaran saat melayaninya, aku sama sekali tidak menikmati. Meskipun begitu, aku tetap bersyukur.
Setidaknya, kondisi hatinya sedang baik.
Kalau sedang dalam keadaan normal begini, Mas Brama adalah pribadi yang menyenangkan. Dia sangat baik, juga lembut sekali. Sekali waktu memanjakan aku dengan hal-hal yang sulit dilakukan oleh kebanyakan pria. Itu karena dia kaya raya yang memiliki segalanya.