Hatiku kembali nyeri ketika Mas Sofyan membanting pintu kasar setelah berhasil membawa kartu ATM dan uang cash-ku. Tak kusangka, pria yang kemarin kubanggakan kini justru bersikap serendah itu
Entah pesona apa yang dia lihat dari sosok Jesi sehingga dia bersikap seperti itu padaku. Apakah dia lebih segalanya dariku? Sehingga Mas Sofyan lebih memilihnya?
Aku terduduk lemas di sisi jendela kamar sembari menatap mobilnya melesat pergi dari rumah. Pria yang kemarin menjadi penolong dan penyejuk hatiku hari ini berubah bak singa yang kelaparan.
Sebelum ini, Mas Sofyan adalah sosok lelaki yang sangat baik dan mengerti keadaanku. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa kujadikan tumpuan selain kedua orangtuaku. Bahkan dia juga berjanji bahwa akan bersamaku sampai kedua matanya menutup untuk selama-lamanya.
Namun, tak kusangka. Pesona perempuan lain nyatanya telah membuatnya berpaling dariku.