"Ranaya. Aku mau menikah lagi," ucap Mas Sofyan ketika aku tengah serius menyetrika baju kerjanya.
"Kamu setuju, kan? Tapi mau kamu setuju atau tidak, aku tetap akan melaksanakan pernikahan ini," sambungnya, padahal aku sama sekali belum menjawab perkataan yang sebelumnya.
Kuhela nafasku panjang, lalu menyerahkan baju kerja yang baru saja selesai kusetrika. Mas Sofyan memang orang yang tidak pandai bersyukur, itulah mengapa dia sering kali meminta ijin padaku untuk menikah.
"Emangnya aku kurang apa Mas sehingga kamu mau menikah lagi?" Kutatap dalam kedua manik matanya, tapi dia justru mengalihkan pandangannya dariku.
"Aku bosan sama kamu, Ranaya. Tahu nggak ... B o s a n."
Mas Sofyan mengeja kata-kata bosan di akhir kalimat membuatku sedikit tersentil. Segampang itu Mas Sofyan mengatakan bahwa dia bosan, padahal aku sudah berusaha menjadi istri yang baik untuknya.