Selepas Salat Ashar, saat matahari sedari pagi bersembunyi di balik awan. Langit terlihat redup, udara terasa menyentuh lembut. Aku dengan kedua putriku, Yuli dan Neti berniat main ke rumah Emak, dekat sisi jalan utama kampung. Terakhir mengunjungi Emak saat Kang Darman datang empat hari yang lalu. Bukannya tidak ingin sering-sering ke rumah orang tua, tetapi terkadang omongan Bapak dan ketiga saudaraku yang rumahnya tidak jauh dari mereka, membuatku sedikit segan apabila ingin ke rumah besar ini.
Jujur saja, seandainya aku mau iri, bisa saja aku protes kepada Bapak, kenapa saudara-saudaraku yang lain beliau berikan tanah untuk membangun rumah. Sedangkan aku, dari tanah beserta rumah semua atas biaya suamiku sendiri yang mereka bilang miskin. Keterlaluan mereka mengatakan itu