"Sayang, jangan pernah mau pergi dengan siapapun orang yang kamu tak pernah lihat, ya," kataku pada bocah kecil yang masih bicara cadel itu.
"Hu'um, Mama," jawabnya dengan nada lucu. Aku tahu, dia mungkin belum mengerti maksud ucapanku tadi.
Lelah berlarian karena menghindari kejaran Mas Dion, aku mengajak Mahesa beristirahat di sebuah warung. Sekadar membeli sebotol teh dingin sebagai penuntas dahaga.
"Ma-Maria?" Suara yang sangat familiar tapi aku lupa siapa pemiliknya itu, memanggilku.
Awalnya aku tak mau menoleh. Aku takut, jika yang memanggilku adalah orang-orang dari masa laluku saat bersama Mas Dion.
"Maria!?" Sebuah tangan menepuk pundakku. Tentu saja aku menoleh dengan kaget.
"Ada apa? Eh?" Aku langsung menutup mulutku karena terkejut. Pemilik suara yang memanggilku tadi adalah mama mertua. Ah, mantan mama mertuaku.