Aku menutup telepon dan menyeringai lebar setelah berhasil bicara dengan Maruto.
Setelah kuancam dengan keras akhirnya lelaki itu berjanji akan membatalkan tawaran bekerja kembali pada Andin sebab takut aku benar-benar membatalkan kerjasama dengan perusahaan yang ia pimpin.
Ia sendiri mengatakan jika selama ini tak tahu kalau Andin adalah istriku, sebab saat wanita itu resign dari pekerjaannya, saat itu namaku belumlah dikenal orang karena masih benar-benar baru di dunia perusahaan.
Tapi, aku tak peduli itu. Bagiku cukup ia bersedia kerja sama dengan tak memberikan lowongan pekerjaan pada Andin, itu sudah cukup.
Aku ingin melihat seberapa kuat ia bertahan hidup tanpa pekerjaan dan tanpa bantuanku di luar sana.
Aku ingin tahu seberapa lama ia akan sanggup mempertahankan prinsip dan harga dirinya sebelum akhirnya akan bertekuk lutut tanpa syarat di bawah kakiku lagi.
Ya, aku yakin. Tak akan lama lagi, Andin akan kembali dan mengiba belas kasihan serta maaf dariku lagi.