Pove: Di tempat lain lagi
Dengan dada bergemuruh, sekali lagi aku ingin memeriksa tas lusuh milik Ganis. Untuk membuktikan beberapa foto yang dikirim oleh Hasan siang tadi.
Kukunci pintu kamar rapat-rapat saat Ganis tengah membereskan meja makan, lalu kuambil tas lusuh itu dan membongkar isinya untuk kedua kalinya.
Dan benar saja, tanktop hitam seperti yang ada di foto, lipstik merah menyala, nota pembelian tas, dan ... Sebungkus rokok serta sebuah korek api.
Nafasku memburu seiring dengan barang-barang laknat yang tengah kupegang ini. Bahkan aku sebagai lelaki pun tak berani merokok karena tahu akan bahayanya, sedangkan Ganis?
Sungguh tak bisa di maafkan. Aku harus mencari celah agar bisa membongkar kebusukannya di waktu yang tepat.
'tokk tokkk tokk'
"Mas, Mas Hamdan. Kenapa pintunya dikunci?"
Detak jantungku berdetak semakin cepat ketika Ganis mengetuk pintu kamar keras. Jangan sampai dia curiga kalau aku tengah menggeledah tasnya.