Pak Bos mengerjap dengan bibir menganga. Aku menatapnya benar-benar merasa tak enak hati. Aku jelas sudah kurang ajar pada bosku sendiri, benar-benar tidak sopan. Karena ulahku juga, wajahnya babak belur.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku membuka pintu kamar sedikit lalu melongokkan kepala memastikan keadaan luar, aman tak ada siapa-siapa. Bang Rivan pasti sudah kembali ke kamarnya. Ia menginap di hotel ini juga, itu artinya aku tidak akan tenang jika terus tidur di sini karena bisa jadi, Bang Rivan akan ke sini lagi. Lebih baik, aku pergi saja.
Aku menegakkan tubuh, menatap Pak Adam lalu membuka pintu lebih lebar. Ia bukannya segera keluar malah diam saja memperhatikanku, itu membuatku semakin merasa bersalah saja.
"Silakan jika bapak mau keluar," kataku, tersenyum tak nyaman.