"Jesika ! Jesika!"
Aku yang baru saja selesai memandikan Raka, langsung keluar setelah sebelumnya membungkus tubuh mungil putraku itu.
"Ada apa, Kang?" tanyaku pada Kang Prabu, sepupuku.
"Itu suamimu!"
"Mas Zidane? Ada apa dengan Mas Zidane, Kang?"
"Zidane mau diarak warga!"
Minyak telon yang ada dalam genggamanku jatuh seketika. Lututku melemas, diarak?
"Jangan bercanda, Kang!" ucapku karena Kang Prabu memang biasa bercanda.
"Mana mungkin Akang bercanda, Jesika."
Aku segera masuk ke dalam, segera kupakaikan baju pada Raka, lalu pergi keluar. Berjalan menuju rumah Bu Bidan Arsyi.
Saat sampai di sana, pertahananku ambruk kala melihat suamiku duduk berdampingan dengan Bidan Arsyi. Ya Allah, Mas, benarkah ini?
"Ini, Mbak Asih sudah datang!"
Mendengar namaku diucapkan, Bang Zidane segera mendongak. Matanya nanar menatapku. Jangan tanya hatiku, sakitnya bukan main saat melihat kenyataan di depan mata ini.
"Bang," lirihku.