Mama masih saja menangis di dalam pelukanku. Aku bingung harus berbuat apa, di sisi lain beliau masih sebagai mertuaku. Namun disisi lainnya aku takut dia tak membolehkanku berpisah dengan Mas Jaka.
"Ara, jika kamu berpisah dengan Jaka. Apa kamu akan tetap menganggap Mama ada?"
Deg!
Pertanyaan Mama mertua seakan-akan membuat nafasku terhenti. Tumben sekali dia mengatakan seperti itu.
"Apaan sih, Ma? Aku sama Ara nggak bakalan pisah," ucap Mas Jaka tegas.
Aku menggelengkan kepalaku, benar-benar orang yang sangat keras kepala.
"Mama akan tetap menjadi orang tua untuk Ara," ucapku sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak sayang," ucap Mama sambil memelukku.
"Sama-sama, Ma." Aku membalas pelukan Mama.
Tiba-tiba Mas Jaka menarik tanganku dan membawaku keluar dari ruangan.
Dia menggenggam tanganku erat. Namun aku segera menghempaskannya.
"Apa-apaan sih, Mas. Nggak malu kamu sama orang," ucapku padanya.
"Dek, percayalah Mas hanya korban," dia berlutut di hadapanku.