"Kau tidur di kamar tamu saja."
Entahlah, tiba-tiba kata-kata itu ke luar begitu saja dari mulutku.
Nita menatapku, dari tatapannya aku mengerti bahwa ia kecewa. Aku ingin mencegah agar dia tetap bersama denganku di kamar ini. Namun lidahku terasa sangat kelu hanya untuk sekadar bersuara.
****
Setelah kepergian Nita aku merenung sendiri di dalam kamar.
Mataku tak kunjung terpejam. Seperti ada sesuatu yang membuat dadaku terhimpit. Hingga menimbulkan sesak yang kian mendera.
Untuk menenangkan pikiran, aku lalu beralih mengerjakan pekerjaan yang tak selesai.
Setelah melewati banyak permasalahan, aku sampai melupakan bahwa besok ada pertemuan penting di kantor.
Aku lalu menyiapkan berkas-berkas yang akan kugunakan besok.
Biasanya jika aku sedang sibuk bekerja, Nita akan menemaniku, membuatkan secangkir kopi untukku. Dia kadang bercerita tentang hari-harinya di toko kue miliknya.
