Hoek ...
Kenapa aku mual begini? Kenapa perutku rasanya tak karuan? Aku menatap ponselku membukan aplikasi kalender di dalamnya. Sudah waktunya aku kedatangan tamu, kenapa sampai sekarang tak kunjung tiba?
Apakah aku?
Aku mengelus perutku yang masih rata.
Apakah aku harus membicarakan ini kepada Mas Azam ? Atau aku merahasiakan ini semua ? Tapi, jika benar. Bukankah Mas Azam adalah bapaknya, dan dia harus mengetahui itu semua. Lantas, bagaimana dengan Mbak Vina? Apakah ia bisa menerima ini semua?
**
"Kamu sedang apa, Dik?"
Aku terkejut ketika mendengar suara Mas Azam di belakangku.
"Ini, Mas. Hasna mual sekali," jawabku sambil menahan sensasi mual luar biasa. Rasa mual tapi tak bisa dimuntahkan, membuat perut seperti berputar-putar tak karuan rasanya.
"Kamu sakit?"
Mas Azam menempelkan punggung tangannya ke dahiku.
Aku menggeleng.
"Tapi wajahmu pucat. Kamu duduk saja, biar Mas yang buatkan jahe anget untukmu"