"Tolong jangan lakukan itu, aku istrimu." Suara Weni terdengar pilu. Tangisannya semakin jelas terlihat di wajahnya.
"Kenapa tidak dari dulu kamu memikirkan itu sebelum berselingkuh?" tanya Kakak Farhan.
Weni diam tanpa kata, dia masih menunduk dengan memegang kaki suaminya. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya, tapi mau bagaimana lagi? Dia yang telah mengkhianati pasangannya sendiri.
"Kemasi barang-barangmu sekarang, dan pergilah dari sini."
"Ingat anak kita, Mas. Ingat dia."
"Waktu tidur bersama pria itu, apa kamu ingat dia? Apa kamu ingat aku?" Suara Kakak Farhan meninggi seketika. Pilu diwajahnya sangat tergambar jelas.
Aku menatap lekat kejadian ini. Mama Farhan hanya bisa menangis di kursi yang bersebelahan dengan kursiku.
"Mbok," teriak Farhan.
Asisten rumah tangga Farhan muncul seketika kala mendengar teriakan dari Farhan.
"Tolong kemasi barang-barang Weni, dan bawa kesini cepat."
