"Oh jadi sekarang Papa lebih memihak pada Mas Fajri dan membiarkanku menjadi perempuan menyedihkan disana?
Memang semua laki-laki itu sama saja." Weni berkata dengan perasaan yang hancur sehancur-hancurnya.
Hatinya remuk redam melihat Papa yang sangat dia andalkan untuk bisa membuatnya dan Fajri kembali kini malah membela Fajri. Sesak di dadanya bertambah, air mata yang sudah kering kini mulai menetes semakin deras.
"Papa puas melihatku begini kan? Pantas saja Mama tidak mau menyerahkanku pada Papa karena memang Papa itu tidak pernah sayang sama Weni.
Papa itu egois hanya mementingkan diri Papa sendiri. Berjuta kali aku meyakinkan diriku bahwa Papa adalah orang baik tapi berjuta kali aku juga mendapat bukti bahwa Papa sebenarnya hanya mencari keuntungan dariku."
"Wen... "
Dada Weni terasa sesak, meskipun Papanya menyela pembicaraannya namun dia belum selesai mengeluarkan semua penderitaan yang ada di hatinya. Penderitaan itu terlalu sakit untuk tidak diungkapkan.