"Kasihan kamu ya, Yen. Sudah nikah sepuluh tahun, nggak punya anak. Untung suamimu setia. Coba kalau tidak. Jadi janda dan menggelandang di jalan kamu."
Telepon genggamku tiba-tiba berdering saat aku sedang asyik memasak makan siang di dapur. Buru-buru aku menghampiri meja makan yang tak jauh dari meja kompor tempat aku sedang bekerja. Terlihat nama Esih pada layar ponselku. Ada apa gerangan kakak iparku ini menelepon? Batin ku bertanya-tanya merasa heran
"Halo?" Malas-malas aku mengangkatnya.
"Yeni, sore ini kita tilik bayi, ya. Rahma, sepupu kami yang awal tahun kemarin menikah, baru lahiran. Nanti aku yang jemput pakai sepeda motor."
Aku seketika merasa luar biasa enggan. Menjenguk orang yang baru melahirkan sudah lama tak kulakukan. Bukan apa-apa. Hanya menjaga agar hati ini tak sakit. Pasti ada saja komentar miring yang bakal dilontarkan orang-orang saat melihat keberadaanku.