"Ke-kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan wajahku, Jangan bilang jika kau sedang terpesona dengan ketampananku?" Sofyan mencicit ketika melihat Ranaya menyipitkan matanya, saat memandang dirinya.
"Ge-er!"
"Lalu?"
"Aku hanya memastikan apa kau benar benar anaknya pak Agung? Secara Oma itu orang Belanda tulen, aksen bulenha saja masih kedengaran. Lah kau, tampangmu udah kayak bule nyungsep di empang gini ..."
"Kan aku sudah bilang, papaku seorang WNA, masih nanya lagi?" Sofyan memotong cepat.
"Tentu saja, kau seperti kapur yang nyelip di tumpukan arang. Aneh sendiri."
Sofyan tak menggubris ucapan Ranaya, lelaki itu terus fokus mengendarai mobilnya.
Acara makan malam telah selesai. Meninggalkan sebuah keputusan bahwa dua minggu ke depan, keluarga Mas Sofyan, akan mengadakan pertemuan keluarga dengan keluarga Ranaya dikampung untuk membahas acara pernikahan resmi mereka.
"Apa benar kau cucu Oma?"
Sofyan langsung mendelik, begitu mendengarnya.