"Yang sopan jadi orang!" Mas Sofyan bangkit. Rahangnya yang mengeras menandakan dia sedang marah. Aku harus segera melerai sebelum perkelahian terjadi.
Mas Sofyan membuang napas kasar. "Untuk apa sopan pada tamu yang tidak punya etika sepertimu!" Lelaki depanku menunjuk-nunjuk dada Zidane, membuat Mas Sofyan bertambah geram.
Ya Allah, bisakah aku mencegah perkelahian yang pastinya bakal terjadi ini? Aku tidak mau mereka berkelahi hanya karena aku.
"Mas, Sofyan jangan!" Tanpa sadar aku melingkarkan tangan di pinggangnya. Mas Sofyan diam saja, bahkan tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Mematung, bergeming di tempat.
"Kamu masih aja belain dia!" katanya diikuti embusan napas berat.
"Aku hanya tidak mau kamu terluka." Aku melepaskan dirinya saat lelaki itu berbalik. Tinggi badan kami yang tidak seimbang, memaksaku untuk mendongak.
"Aku jauh lebih takut kamu terluka, Ranaya," ucapnya memandang sayu, dengan tangan menangkup kedua pipiku.