Tin-tin
Suara klakson sepeda motor di belakangku. Aku berhenti melangkah lalu menengok ke belakang.
"Mbak Ranaya dari mana, Mbak?" tanya Juwita dari atas sepeda motornya yang berhenti di belakangku.
"Dari warung, Ta. Kamu habis belanja ya?" Aku balik bertanya setelah melihat kantong plastik besar di motornya.
"Cuma beli minyak goreng di swalayan kok, Mbak. Mumpung ada diskon. Mari Mbak saya bonceng nyampai rumah!"
"Terima kasih, Ta. Sudah dekat kok, Ta. Itu pagar rumah sudah kelihatan dari sini. Mbak jalan kaki saja. Sekalian bakar lemak, Ta."
"Waduh, Mbak Ranaya ini. Lemak mana yang mau dibakar? Sudah langsing gitu masih mau bakar lemak. Harusnya saya yang bakar lemak, Mbak."
"Ini saya nimbun lemak juga lho, Ta."
"Beneran ini Mbak Ranaya nggak mau bonceng motor, kan rumah kita bedekatan?" Juwita bertanya lagi.
"Iya, Ta. Mbak jalan kaki saja."
"Kalau gitu saya duluan ya, Mbak." Juwita menstater motornya.
"Iya Bu, silahkan," ucapku sambil tersenyum.