Lucunya, sekarang dia malah menertawakan aku lantaran aku yang seorang anak pembantu ini dipilih untuk menyelamatkan harga diri keluarga Suryadinata. Setelah itu, menertawakan seolah-olah aku ini pengemis yang minta dinikahi. Kan lucu.
.
Aku duduk di tepi ranjang. Tiga puluh menit yang lalu, aku tertidur pulas. Bahkan sampai lupa kalau harus membantu Bude Septi memasak. Mungkin Bude maklum dan sengaja membiarkan aku istirahat.
Aku menguap berkali-kali. Sejenak mengingat kejadian akhir-akhir ini. Aku seperti mendapat takdir yang ajaib. Bisa menikah dan tidur bersama sang putra seorang Suryadinata. Putra pemilik berbagai berbagai bidang bisnis. Pokoknya, di semua tempat usaha dan pusat keramaian, asal ada nama Surya atau Suryadinata, itu adalah milik mertuaku.
Jadi ingin tertawa keras. Seorang Ranaya, menjadi menantu di keluarga konglomerat ini?
Kutepuk pipi berkali-kali. Terasa sakit.
Mendadak teringat pada Mas Sofyan. Lagi apa dia sekarang?