"Sofyan!"
Suara Bu Melisa.
Matilah.
Aku langsung berjingkrak dari pangkuan Mas Sofyan.
"Mamamu, Mas. Bagaimana ini?"
"Tenang, Nay. Pelan-pelan jangan panik."
Tak kuperdulikan kata-katanya yang mencoba menenangkan. Kukenakan pakaian dengan terburu-buru.
"Yab!" Pintu kembali diketuk dan suara itu benar-benar membuat panik.
"Pelan-pelan, Nay."
Bagaimana aku bisa tenang, sementara di balik pintu itu ada sosok serupa dengan malaikat maut?
"Aduh, gimana sih!" Aku merutuk, saat memasang kancing tetapi tidak masuk ke lubangnya.
"Nay!" Kini, panggilan Mas Sofyan sedikit keras, hingga membuatku menghentikan aktivitas. Dia menangkap wajahku, membingkai dan menatap lekat.
"Dengarkan." Dia menjeda ucapannya. "Jangan panik! Jangan panik!"
Tangannya dilepaskan, lalu meraih kemejaku dan mengancingkannya mulai dari bawah.
"Santai saja, tenang. Kalau kamu panik begini, mama malah curiga."
Selesai mengancingkan baju, dia membantuku merapikan rambut.