Tik tik tik tik tik
Irama waktu yang berdetik menjadi saksi betapa tubuh ini tak bisa diam. Bantal khusus kepala bisa berubah menjadi bantal kaki, karena aku berputar seperti perputaran jarum jam di dinding itu.
Mata dipaksa terpejam, ia menolaknya. Otak dipaksa jangan berpikir terus, ia malah memerintahkan pan*at untuk duduk. Lelah memaksa anggota tubuh untuk menurut, selimut kusibak. Berjalan pelan menuju dapur dan menuangkan air ke dalam gelas bening, menjadi pilihanku.
Glek glek glek
Air tandas seketika. Kususuri setiap sudut dapur ini dengan mata. Semua kenangan manis ada disana. Aku berjalan kembali ke depan dan duduk menyendiri di sofa. Lagi, kenangan manis menari-nari diingatan. Tak bisa kutampik, kehadiran Kak Zidane masih terekam jelas. Tapi sudah kubulatkan tekad, bahwa kenangan bersama mantan akan dihempaskan ke planet yang mau menerimanya.
Teng!
Teng!
Tengn