"Jika begini kenyataannya. Kenapa Mbak meminta anak itu untuk istirahat di kamar? Bagaimana jika dia berniat jahat pada Mega?" ujar paman khawatir. Kami kini berpindah ke teras samping mengobrol secara enam mata.
Aku menceritakan pada paman semua yang telah Mas Jaki lakukan padaku, yang selama ini tidak pernah aku ceritakan. Dulu aku memilih memendamnya sendiri, dengan harapan suamiku mau berubah. Tapi nyatanya justru semakin menjadi.
"Mbak harus bagaimana rudi. Kamu lihat sendiri bagaimana sikap Jakj tadi. Ia merengek seperti anak kecil. Mbak tak mungkin mengusir anak orang begitu saja. Walau bagaimanapun ia pernah menjadi bagian dari keluarga kita!" jawab Ibu. Ibu memang wanita lembut dan berbelas kasih.
Ibu orangnya memang gak enakkan. Beliau juga jarang marah apa lagi membentak.
Aku memijat pelipisku yang terasa sakit. Memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya. Aku menyesal mengulur-ngulur waktu perceraian kami. Hingga ini lah akibatnya.