Bab 157
"Ini ngga asin lagi 'kan? Kalau sampai seperti tadi pagi, awas kamu ya, Andin!" ucap Ibu.
"Tinggal makan saja protes. Huh," ucapku pelan sekali.
"Ngomong apa kamu, Ndin? Ibu lihat beberapa hari ini kamu sudah mulai berani, ya?"
"Ngga usah banyak tingkah! Perempuan kampung," mertuaku.
Ibu terlihat manggut-manggut melontarkan ucapan itu dengan menikmati masakanku.
"Lagian, mana ada laki-laki kota yang mau menikahi kamu kalau bukan anakku."
Sudah ratusan kali Ibu bicara seperti itu. Aku tidak pernah meminta anaknya untuk menikahiku. Dia sendiri yang datang untuk meminangku.
"Ngapain lagi? Pergi sana!" bentak Ibu.
"Suamiku disisain lauknya, Bu! Kasihan," ucapku mengingatkan karena pasti akan dihabiskan kalau ada lauk yang enak dikit.
Brukk
Dua tangan Ibu menggebrak meja makan membuat piring-piring di atasnya beradu suara.