"Astagfirullah ... kok pada ribut! Itu Raka jatuh!" ucap Tante Tami. Seketika aku menoleh ke asal suara.
"Hah? Raka jatuh?" teriaku mengulang kata itu. Menghentikanku memukuli bang Zidane. Aku segera melangkah keluar. Ingin melihat kondisi raka. Tak kupedulikan semuanya.
"Hu hu hu, oooweewkkkk. Oooeewkk" tangis raka.
"Astagfirullah!" ucapku. Lutut Raka terlihat berdarah. Segera aku menggendongnya masuk ke dalam rumah. Ternyata Papa, Mama dan bang Zidane mengikuti dan semua ikut masuk ke dalam rumah lagi.
"Mama punya betadin, bentar, Mama ambilkan!" ucap Mama. Aku segera berlalu menuju ke dapur. Mengambilkan air dan kain. Untuk membersihkan darahnya.
"Oooweeekkk ...." isak Raka.
"Sabar, ya, Nak! Tahan, ya! Nggak begitu sakit kok," ucapku menguatkan anak laki-laki ku. Seraya membersihkan luka baru itu.
"Nggak becus kamu ngurus anak!" sungut bang Zidane. Segera aku menoleh ke arahnya.