"Mau pulang ke rumah, Pak," sahutku gamang karena merasa tak enak hati telah memberhentikan mobilnya secara mendadak.
Terdengar kekehan pelan. Seakan dia menertawakan jawabanku barusan. Aku melongo heran, apanya yang lucu? Aku yakin saat ini dia pasti tengah senyum-senyum sendiri.
"Tidak usah panggil 'Pak' panggil Abang saja. Saya yakin usia kita tidak terlalu jauh berbeda. Apa saya sudah terlihat seperti orang tua yang harus dipanggil 'Bapak'?" katanya sambil tetap fokus menatap jalanan. Entahlah, aku tidak tahu berapa usia lelaki itu, karena dia sama sekali belum menampakkan wajahnya ke arahku. Dia terus berbicara seraya menyetir mobil dengan tenang. Tak sekali pun menoleh ke kiri atau ke kanan, apalagi memandang ke arahku yang duduk di belakang.
"Eh, iya ... Bang," jawabku bertambah canggung.
"Rumahnya di mana?"
"Jalan graha mas."
"Wah, kebetulan. Kita satu tujuan," katanya lagi.