Setelah selesai, aku bergegas pergi. Tak lupa pula kusisipkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu itu ke dalam kotak amal masjid. Aku melangkah dengan senyum terus tercetak jelas di bibirku.
Saat aku terus melangkah. Tiba-tiba ada kak Zidane berdiri kaku di hadapanku.
"Ngapain kamu, kak?!"
"Ayo kita pulang!" ucapnya dengan menarik pergelangan tanganku dengan kencang.
"Lepaskan tanganku, kak!" teriakku dengan mengibaskan cekalan tangannya. Kak Zidane tak memperdulikan teriakanku, ia terus menyeretku.
"Lepas, kak!" bentakku dengan suara menggelegar. "Lepaaaaaasss!" Dengan sedikit menyentak cekalannya, akhirnya tanganku bisa lepas.
"Kamu mau kemana? Ayo pulang!" ajaknya lagi sambil tangannya ingin meraih kembali pergelangan tanganku.
"Kamu tidak berhak atas diriku ! Bahkan hubungan suami istri kita sudah lama berakhir. Kamu sudah tak ada hak memerintahku!" sungutku dengan geram.