POV jesika
Aku berpikir bahwa ada suatu hal yang lebih penting daripada sekadar percaya. Tindakan dunia ini penuh dengan pemimpi. Tidaklah banyak orang yang berani maju dan mulai mengambil langkah pasti untuk mewujudkan visi mereka.
Sekarang aku baru sadar, jika semua perbuat baik atau buruknya kita di masa lalu. Itu akan membuahkan hasil pada kita di masa depan. Biarlah malam ini mami tidur dirumah itu. Aku sudah tidak mau ambil pusing lagi pada mereka.
Bang Zidane masih setia dengan diamnya. Wajahnya pucat, mungkin dia pusing memikirkan semua permasalahan yang terjadi.
"Bang, kita makan dulu ya. Singgah di warung makan," ucapku ketika kami memasuki daerah yang banyak penjualnya.
"Iya, Jes. Abang juga lapar. Sepertinya lambung abang kambuh," jawabnya masih fokus menyetir.
"Kalau gitu kita makan dulu. Kamu berhenti aja di warung Padang. Aku juga lapar," sahutku lagi.