"Jesika! Kamu baik-baik saja 'kan!" Bang Zidane kembali berteriak dan terus menggedor pintu.
Aku terbangun dengan keringat yang bercucuran. Napas yang terembus saling memburu. Jantungku berdetak sangat cepat. Lagi-lagi mimpi buruk itu menemani tidurku. Membuat perasaan takut waktu itu kembali terasa nyata.
Suara ketukan pintu semakin kencang. Bang Zidane pun berusaha membangunkanku dengan suaranya yang lantang. Karena aku belum sempat merespon apa-apa, pintu itu akhirnya dibuka tanpa izin dariku. Aku hanya bergeming dan mengatur ketakutan yang merasuki tubuh.
"Jesika! Kamu nggak apa-apa? Apa yang terjadi?" tanya Bang Zidane sambil melangkahkan kakinya mendekatiku.
Napasku yang Bangih terengah dan keringat yang belum kering menjadikan Bang Zidane terlihat khawatir. Ia duduk di hadapanku.
"Jesika? Kamu mimpi buruk ya? Kamu baik-baik saja 'kan?" tanyanya lagi. Dari tadi aku bergeming.
"Iya, aku sering mimpi buruk seperti ini, Bang," jawabku sambil mengangguk.