Fabio masih tak habis pikir dengan apa yang ayahnya lakukan. Dia ingin sekali memukul wajah lolos Tuan Rezer yang terlihat sama sekali tak peduli pada ibunya itu. Hingga tiba-tiba sebuah kilasan tergambar di benaknya. Di mana sebuah suasana panas muncul.
"Aku tak mau menyebutmu Ayah jika kau tak bisa menerima Amanda sebagai menantumu. Kau tak tahu betapa dia sangat mengorbankan dirinya sendiri demi apa yang aku inginkan," jelas Fabio dengan nada tinggi saat itu.
Suara teriakan memekik telinga Fabio dan membuat ingatannya seperti sedang diputar balik. Suara isak tangis Amanda, suara teriakan ayahnya dan kilasan tentang darah di kaki Amanda.
"Apa yang terjadi saat itu? Mengapa ayah sangat marah? Mengapa banyak darah di kaki Amanda? Mengapa aku berteriak dengan sangat lantang?" tanya Fabio dalam hatinya.